Wednesday, March 26, 2014

Perkembangan Persuteraan Alam melalui Konservasi Persuteraan (Ekologi dan Wisata)

Ditinjau dari bahasa, konservasi berasal dari kata conservation, dengan pokok kata to conserve (Bahasa Inggris) yang artinya menjaga agar bermanfaat, tidak punah atau lenyap atau merugikan. Sedangkan sumber dalam alam sendiri merupakan salah satu unsur dari liungkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non hayati, serta seluruh gejala keunikan alam, semua ini merupakan unsur pembentuk lingkungan hidup yang kehadirannya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Konservasi tidak terlepas dari ekosistem.
Makhluk hidup dengan lingkungan merupakan satu kesatuan fungsional yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya disebut ekosistem. Ekosistem tersusun dari komponen biotik (berbagai makhluk hidup) dan komponen abiotik. Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik komponen biotik dan abiotik dalam ekosistem disebut ekologi. Dalam suatu ekosistem, hubungan antar komponen berlangsung sangat erat dan saling memengaruhi. Oleh sebab itu gangguan atau kerusakan pada salah satu komponen dapat menyebabkan kerusakan seluruh ekosistem. Salah satunya yaitu kegiatan persuteraan alam yang erat kaitannya dengan ekologi.
Persuteraan alam merupakan suatu kegiatan agro-industri yang mempunyai rangkaian kegiatan yang panjang ; mencakup penanaman murbei, pemeliharaan ulat sutera, produksi kokon, pengolahan kokon, pemintalan (reeling) dan pertenunan sutera. Produksi kokon dan benang sutera, berpotensi lebih besar, karena cepat memberikan hasil dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi (Atmoseoedarjo, dkk. 2000:1).
Kegiatan persuteraan alam dapat berkembang apabila daun murbei sebagai pakan ulat sutera selalu tersedia. Namun, saat ini daun murbei yang tersedia relatif sedikit dari yang dibutuhkan. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik biotik maupun abiotik.  Faktor biotik, meliputi tumbuhan, hewan dan manusia. Sedangkan faktor abiotik meliputi iklim, cahaya matahari, tanah dan air. Selain kedua faktor tersebut, pengalih fungsian lahan murbei menjadi bangunan merupakan faktor utama saat ini, sehingga menghambat program konservasi persutaraan alam.
Upaya konservasi persuteraan alam antara lain;
1.      Menerapkan kebijakan persuteraan alam yang dibuat pemerintah.
2.      Mengembangbiakan berbagai varietas tanaman murbei.
3.      Meningkatkan produktivitas tanaman murbei.
4.      Penerapan teknologi yang ramah lingkungan.
5.      Pemanfaatan lahan tanaman murbei yang kurang produktif.
6.      Pengelolaan limbah dari tanaman murbei.
7.      Melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat mengelola sumber daya alam yang ada.
Dengan melaksanakan upaya konservasi diatas, maka kualitas dan kuantitas tanaman murbei dapat meningkat, namun peningkatan ini tidak akan mempengaruhi ekosistem yang lain. Sehingga kegiatan persuteraan alam dapat berkembang karena dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas daun murbei maka kualitas dan kuantitas kokon, benang sutera dan kain sutera yang dihasilkan akan meningkat pula.
Perkembangan persutaraan alam ini dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap persutaraan alam, salah satunya yaitu adanya tempat wisata yang berhubungan dengan persutaraan alam, seperti;
1.      Royal Silk Foundation yang berlokasi di Desa Karang Tengah Imogiri Bantul Yogyakarta Indonesia. Royal Silk Foundation merupakan kegiatan yang memberikan kontribusi untuk meningkatkan rehabilitasi tanah di Lahan Kritis Kawasan Sultan Ground, pemanfaatan kokon ulat sutera liar Attacus atlas (Mahoni) dan Criculla trifenestrata (Jambu Mete) menjadi handycraft, benang sutera dan kain sutera, dan memperkenalkan kepada petani pendidikan Konservasi Alam sebagai bagian dari peserta untuk mengurangi global warming maka setiap pengunjung yang datang diharuskan untuk menanam satu pohon satu orang.
2.      PSA Regaloh yang berlokasi di Jl. Raya Mranggen Km. 15 Semarang-Purwodadi, Jawa Tengah. Regaloh merupakan daerah hutan kayu, maka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilakukan program konservasi yaitu dengan tidak merusak hutan, sehingga dibentuk Pabrik Pemintalan Proyek Sutera Alam Regaloh. Dengan keberadaaan PSA Regaloh dapat menyerap tenaga kerja dari daerah sekitar PSA Regaloh. Berbagai macam kegiatan PSA Regaloh mulai dari penanaman tanaman murbei, pemeliharaan ulat sampai pengolahan kokon membutuhkan banyak tenaga kerja, sehingga memberikan kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk meningkatkan penghasilannya. Sejalan dengan perkembangan zaman PSA Regaloh dijadikan sebagai tempat wisata, khususnya wisata edukasi persuteraan alam.
3.      Pusat Pembibitan Ulat Sutera yang berlokasi di Desa Bejen, Kecamatan Candiroto, Kabupaten Temanggung, Kp. 56257, Jl. Sukorejo-Parakan, Jawa Tengah, milik Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.
4.      Padepokan Dayang Sumbi yang berlokasi di Desa Pamoyanan, Jalan Arcamanik Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.

5.      Budidaya Persutraan Alam “Sutera Sari Segara” yang berlokasi di Br Lateng, Sibang Kaja, Kec.Abiansemal Kab.Badung, Bali.


DAFTAR PUSTAKA

Abdurrachman, M. A. 2012. Konservasi Sumber Daya Alam. (Online). Tersedia : http://hukumsda.blogspot.com/2012/01/konservasi-sumber-daya-alam.html. [08 November 2013].

Soekiman A., J. Kartasubrata, M. Kaomeni, W. Saleh dan W. Moerdoko. 2000. Sutera Alam Indonesia. Jakarta : Yayasan  Sarana Wana Jaya.

No comments: