Ditinjau
dari bahasa, konservasi berasal dari kata conservation, dengan pokok kata to conserve (Bahasa Inggris) yang
artinya menjaga agar bermanfaat, tidak punah atau lenyap atau merugikan.
Sedangkan sumber dalam alam sendiri merupakan salah satu unsur dari liungkungan
hidup yang terdiri dari sumber daya alam hayati dan sumber daya alam non
hayati, serta seluruh gejala keunikan alam, semua ini merupakan unsur pembentuk
lingkungan hidup yang kehadirannya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya. Konservasi tidak terlepas dari ekosistem.
Makhluk
hidup dengan lingkungan merupakan satu kesatuan fungsional yang tidak dapat
dipisahkan. Hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya
disebut ekosistem. Ekosistem tersusun dari komponen biotik (berbagai makhluk
hidup) dan komponen abiotik. Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
komponen biotik dan abiotik dalam ekosistem disebut ekologi. Dalam suatu
ekosistem, hubungan antar komponen berlangsung sangat erat dan saling
memengaruhi. Oleh sebab itu gangguan atau kerusakan pada salah satu komponen
dapat menyebabkan kerusakan seluruh ekosistem. Salah satunya yaitu kegiatan
persuteraan alam yang erat kaitannya dengan ekologi.
Persuteraan
alam merupakan suatu kegiatan agro-industri yang mempunyai rangkaian kegiatan
yang panjang ; mencakup penanaman murbei, pemeliharaan ulat sutera, produksi
kokon, pengolahan kokon, pemintalan (reeling) dan pertenunan sutera. Produksi
kokon dan benang sutera, berpotensi lebih besar, karena cepat memberikan hasil
dengan nilai ekonomi yang cukup tinggi (Atmoseoedarjo, dkk. 2000:1).
Kegiatan
persuteraan alam dapat berkembang apabila daun murbei sebagai pakan ulat sutera
selalu tersedia. Namun, saat ini daun murbei yang tersedia relatif sedikit dari
yang dibutuhkan. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik biotik
maupun abiotik. Faktor biotik, meliputi
tumbuhan, hewan dan manusia. Sedangkan faktor abiotik meliputi iklim, cahaya
matahari, tanah dan air. Selain kedua faktor tersebut, pengalih fungsian lahan
murbei menjadi bangunan merupakan faktor utama saat ini, sehingga menghambat
program konservasi persutaraan alam.
Upaya
konservasi persuteraan alam antara lain;
1. Menerapkan
kebijakan persuteraan alam yang dibuat pemerintah.
2. Mengembangbiakan
berbagai varietas tanaman murbei.
3. Meningkatkan
produktivitas tanaman murbei.
4. Penerapan
teknologi yang ramah lingkungan.
5. Pemanfaatan
lahan tanaman murbei yang kurang produktif.
6. Pengelolaan
limbah dari tanaman murbei.
7. Melakukan
penyuluhan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
sehingga dapat mengelola sumber daya alam yang ada.
Dengan
melaksanakan upaya konservasi diatas, maka kualitas dan kuantitas tanaman
murbei dapat meningkat, namun peningkatan ini tidak akan mempengaruhi ekosistem
yang lain. Sehingga kegiatan persuteraan alam dapat berkembang karena dengan
meningkatnya kualitas dan kuantitas daun murbei maka kualitas dan kuantitas
kokon, benang sutera dan kain sutera yang dihasilkan akan meningkat pula.
Perkembangan
persutaraan alam ini dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap persutaraan
alam, salah satunya yaitu adanya tempat wisata yang berhubungan dengan
persutaraan alam, seperti;
1.
Royal Silk Foundation yang berlokasi di Desa
Karang Tengah Imogiri Bantul Yogyakarta Indonesia. Royal Silk Foundation merupakan kegiatan yang memberikan kontribusi
untuk meningkatkan rehabilitasi tanah di Lahan Kritis Kawasan Sultan Ground, pemanfaatan kokon ulat
sutera liar Attacus
atlas (Mahoni) dan Criculla trifenestrata (Jambu Mete) menjadi handycraft, benang
sutera dan kain sutera, dan memperkenalkan kepada petani pendidikan Konservasi
Alam sebagai bagian dari peserta untuk mengurangi global warming maka setiap pengunjung yang datang diharuskan untuk
menanam satu pohon satu orang.
2. PSA
Regaloh yang berlokasi di Jl. Raya Mranggen Km. 15 Semarang-Purwodadi, Jawa
Tengah. Regaloh merupakan daerah hutan kayu, maka untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dilakukan program konservasi yaitu dengan tidak
merusak hutan, sehingga dibentuk Pabrik Pemintalan Proyek Sutera Alam
Regaloh. Dengan keberadaaan PSA Regaloh dapat
menyerap tenaga kerja dari daerah sekitar PSA Regaloh. Berbagai macam kegiatan
PSA Regaloh mulai dari penanaman tanaman murbei, pemeliharaan ulat sampai
pengolahan kokon membutuhkan banyak tenaga kerja, sehingga memberikan
kesempatan bagi masyarakat sekitar untuk meningkatkan penghasilannya. Sejalan
dengan perkembangan zaman PSA Regaloh dijadikan sebagai tempat wisata,
khususnya wisata edukasi persuteraan alam.
3. Pusat
Pembibitan Ulat Sutera yang berlokasi di Desa Bejen, Kecamatan Candiroto,
Kabupaten Temanggung, Kp. 56257, Jl. Sukorejo-Parakan, Jawa Tengah, milik Perum
Perhutani Unit I Jawa Tengah.
4. Padepokan
Dayang Sumbi yang berlokasi di Desa Pamoyanan, Jalan Arcamanik Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung.
5. Budidaya Persutraan Alam “Sutera
Sari Segara” yang berlokasi di Br Lateng, Sibang Kaja, Kec.Abiansemal
Kab.Badung, Bali.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachman, M. A. 2012. Konservasi Sumber Daya Alam. (Online). Tersedia : http://hukumsda.blogspot.com/2012/01/konservasi-sumber-daya-alam.html.
[08 November 2013].
Soekiman A., J.
Kartasubrata, M. Kaomeni, W. Saleh dan W. Moerdoko. 2000. Sutera Alam Indonesia. Jakarta
:
Yayasan Sarana
Wana Jaya.
No comments:
Post a Comment