Friday, January 2, 2015

Kekuatan dan Kemuluran Benang Sutera

Kekuatan Benang Sutera
Kekuatan benang sutera atau disebut tenacity merupakan kemampuan benang untuk menahan beban tarik, yang dinyatakan dalam satuan gram/denier. Benang sutera harus memiliki kekuatan yang memadai, hal ini disebabkan saat proses pemintalan, pertenunan, pencelupan maupun pemakaian, benang mengalami beban-beban yang umumnya berupa beban tarik (Noerati, Gunawan, Ichwan dan sumihartati, 2013:5). 

Kekuatan benang dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan baku yang digunakan dalam pembuatan benang sutera, yaitu kokon ulat sutera. Sifat-sifat bahan baku meliputi panjang, kerataan panjang, kekuatan dan kehalusan filamen sutera. Semakin panjang, rata, kuat dan halus filamen, maka semakin kuat benang yang dihasilkan. Selain itu, dipengaruhi juga oleh konstruksi benang. Konstruksi benang dipengaruhi oleh jumlah gintiran yang diberikan pada benang (Sulam, 2008:17). Penambahan jumlah gintiran pada benang akan meningkatkan kekuatan tarik benang (Noerati, dkk. 2013:47).

Kemuluran Benang Sutera
Kemuluran benang sutera merupakan kemampuan benang bertambah panjang ketika ada beban tarik yang dialami benang tersebut sebelum putus. Kemuluran benang dinyatakan dalam kemuluran saat putus dengan satuan % yang menunjukkan pertambahan panjang sebelum putus dibandingkan panjang awal. Sifat kemuluran ini sangat berguna, mengingat banyak sekali beban tarik yang dialami benang saat pemintalan, pertenunan sampai proses penyempurnaan (Noerati, dkk. 2013:5). 

Kemuluran benang dipengaruhi oleh kemampuan mulur filamen sutera yang digunakan dan konstruksi dari benang sutera, sedangkan konstruksi benang dipengaruhi oleh jumlah twist yang diberikan pada benang (Sulam, 2008:18). Noerati, dkk. (2013:47) menyatakan bahwa twist yang tinggi akan meningkatkan mulur benang sebelum putus. Jika benang memiliki persentasi kemuluran yang kecil, maka ketika ada beban tarik yang kecil pun benang akan mudah putus sehingga kurang baik digunakan sebagai benang tekstil pakaian (Noerati, dkk. 2013:5). Sebaliknya benang yang persentasi kemulurannya tinggi akan menyulitkan dalam proses selanjutnya (Sulam, 2008:18).

Hubungan Filamen Sutera dengan Kekuatan dan Kemuluran Benang
Filamen yang kuat dapat menghasilkan benang yang kuat pula dan benang yang kuat dapat meningkatkan kemuluran benang, karena benang dalam kondisi yang kuat tidak mudah putus ketika terjadi tarikan. Ketika ada tarikan, maka ada pertambahan panjang benang. Semakin lama benang menahan tarikan, maka panjang benang semakin bertambah, sehingga kemuluran benang menjadi lebih tinggi.  Tingkat kemuluran benang sangat erat kaitannya dengan kekuatan putus benang itu sendiri. Semakin tinggi kekuatan putus benang, maka semakin tinggi tingkat kemuluran benang (Nofrizal, Ahmad, Syofyan dan Habibie, 2008:105). 

Gambar Uji Kekuatan Tarik Benang Sutera


SUMBER
Noerati, S., Gunawan, M. Ichwan dan A. Sumihartati. 2013. Teknologi Tekstil. Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil. http://www.scribd.com/doc/227425468/39-Modul-PLPG-Tekstil-2013-Draft-2#force_seo. [10 November 2014].

Nofrizal, M. Ahmad, I. Syofyan dan I. Habibie. 2008. Kajian Awal Pemanfaatan Rumput Teki (Fimbristylis sp), Linggi (Penicum sp) dan Sianik (Carex sp) sebagai Serat Alami untuk Bahan Alat Penangkapan Ikan. Jurnal Natur Indonesia No. 14 (1), Oktober 2011.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=31635&val=2271 . [11 Desember 2014].

Sulam, A. L. 2008. Teknologi Pembuatan Benang dan Pembuatan Kain Jilid 1. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.