Pemeriksaan pebrin pada
produksi telur secara massal dilakukan dengan metode sampling berdasarkan
banyaknya telur yang diproduksi. Ngengat berdasarkan nomor urutnya dimasukan
satu per satu pada mesin moth crusher
untuk dihancurkan dengan larutan KOH 4% masing-masing 2 mililiter selama 2
menit kemudian mesin dihentikan. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada sampel
ngengat yang telah dihancurkan menggunakan mikroskop dengan pembesaran enam
ratus kali. Apabila dari bahan-bahan yang diperiksa ditemukan spora pebrin maka
harus segera dilakukan tindakan dengan cara melakukan desinfeksi berulang-ulang
dengan larutan formalin 3-4%. Untuk mencegah meluasnya penyakit pebrin
dilakukan dengan cara membakar telur-telur yang dihasilkan ngengat betina yang
ternyata mengandung spora pebrin.
Test pebrin sangat
penting dilakukan karena dapat mempengaruhi keberhasilan kegiatan selanjutnya
yaitu serikultur. Test pebrin ini dilakukan agar telur yang mengandung bibit
penyakit pebrin tidak ikut tercampur dengan telur yang tidak terkena bibit
penyakit pebrin, karena bila telur mengandung bibit penyakit ini, maka pebrin
akan muncul saat pemeliharaan ulat dan akan terus menyebar apabila tidak segera
dimusnahkan karena penyakit pebrin ini ditularkan melalui mulut, yaitu dengan
ulat yang memakan daun murbei, atau dari ovari. Patogen ini hidup sebagai
parasit dalam ovari ngengat betina yang terkena penyakit ini dan akan pindah ke
dalam telur untuk menyerang larva pada generasi berikutnya (Atmosoedarjo, dkk.
2000:100).
Gambar Alat Penggerus Induk Ngengat untuk Test Pebrin
Sumber :
Soekiman Atmosoedarjo,
Junus Kartasubrata, Mien Kaomeni, Wardono Saleh dan Wibowo Moerdoko, 2000. Sutera Alam
Indonesia. Jakarta : Yayasan Sarana
Wana
Jaya.
No comments:
Post a Comment